Friday, March 18, 2005

A little thought in a little world.....

Sebuah pikiran kecil di tengah dunia yang mungil.....

Di dunia yang kecil ini, terkadang kita berpikir, apakah makna orang lain bagi kita? Apakah makna dari seorang teman, sahabat, kekasih, orang tua, adik, kakak, dan posisi-posisi sosial lainnya yang ditentukan berdasarkan hubungan antar sesama manusia? Ada berbagai pendekatan yang bisa dipakai untuk menyikapi hubungan-hubungan seperti ini. Ada yang menanggapi bahwa hubungan antar sesama manusia itu pada dasarnya adalah suatu hubungan yang "diusahakan" untuk saling menguntungkan satu sama lain. Dengan kata lain, jika ada satu atau lebih pihak yang dirugikan, kemungkinan besar hubungan itu akan retak, atau lebih parahnya lagi, hancur. Sehingga, timbul pertanyaan: serapuh itukah hubungan antar sesama manusia?

Jika ditelaah lebih lanjut, jelas sekali jawabannya bahwa manusia, dan hubungan antar sesama manusia, tidak serapuh itu. Bahkan, bisa dikatakan bahwa relasi antar individu itu jauh sekali adanya dari definisi "rapuh". Hubungan antar sesama manusia tidak selalu berdasarkan atas prinsip untung rugi. Seringkali, justru prinsip untung rugi ini seringkali dilanggar oleh para manusia yang bersikukuh bahwa prinsip untung rugi tersebut adalah satu-satunya prinsip dasar manusia, terutama manusia di dunia modern ini. Banyak sekali orang-orang yang dengan sukarela dan bersenang hati mengambil posisi "rugi" dalam hubungan tersebut. Yang menarik, dan sedikit ironis, adalah kesukarelaan orang-orang tersebut sering sekali diragukan oleh para manusia, yang sifat pesimistis dan tidak mudah percayanya sudah melegenda.

Para manusia itu ibarat investor, selalu berusaha hati-hati untuk tidak rugi, dan keuntungan adalah hasil yang wajib diperoleh. Ketika dia mengalami kerugian, dia tidak akan rela untuk jatuh ke lubang yang sama untuk kedua kalinya, karena dia jelas tidak mau dicap sebagai keledai. Dengan orientasi arah yang benar-benar terbatas, manusia hanya bisa melihat dirinya sendiri (itu saja tidak dengan jelas) dan satu loncatan batu setapak yang sudah ada di depannya. Yang mereka tahu hanyalah, ini adalah jalan yang harus saya lalui. Ada beberapa manusia yang merasa bangga, karena mereka bisa melihat sedikit lebih jauh, dan menjadi tahu bahwa mereka tengah berjalan di sebuah jalur yang banyak dilewati orang. Karena manusia juga mempunyai sifat tidak mau kalah dari manusia yang lainnya, dan selalu ingin merasakan bahwa dirinya berbeda dari orang lain (supaya dia bisa benar-benar yakin akan identitas dan eksistensi dirinya), mereka pun mengambil jalan setapak lain yang jarang dilalui. Akan tetapi, apakah mereka tahu, kemanakah jalan setapak yang jarang dilalui itu akan membawa mereka? "Banyak jalan menuju Roma," ucap banyak orang. Yang berarti, masih ada kemungkinan bahwa jalan yang jarang dilalui tersebut ternyata mempunyai tujuan yang sama dengan jalan yang biasa dilalui manusia lainnya. Jika dipikirkan kembali, bukankah ini sesuatu yang cukup absurd, dan menimbulkan senyum geli? Jika hal tersebut tidak menimbulkan senyum geli di wajah anda, saya tidak tahu lagi bagaimana cara membuat anda tertawa.

Singapura, Maret 2005.

5 comments:

little M said...

hihihi...
geli juga seh....
something that actually bothers me, too... the reasons behind of doing good things, self-sacrifical acts... probably, there are many reasons behind and different people do it because of different reasons and agendas, too.

chaos_beowulf said...

hahahahahaha....begitulah....kita sebagai manusia itu emang kadang terlalu banyak prejudicenya, ampe kita g bisa ngebedain lagi mana perbuatan yang tulus, mana yang enggak. The irony of humanity.......

Anonymous said...

ah masa sih..
kebanyakan mikir aja kali lu pada.
Jadi orang asik2 aja napa...
Kebanyakan mikir cepet tua loh, take it easy man =)

chaos_beowulf said...

kebanyakan asyik, dan g mikir sama sekali --> can you call yourself a healthy human being? =D

Anonymous said...

*reserved for leo's random junk